-->

Iklan

Menu Bawah

[Resensi Novel] Anak Semua Bangsa - Pramoedya Ananta Toer

Admin
01 September 2018, 23.37 WIB
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


Judul       : Anak Semua Bangsa
Penulis   : Pramoedya Ananta Toer
Halaman : 536
Penerbit  : Lentera Dipantara
Cetakan  : 13, September 2011
ISBN        : 979-97312-4-0

Anak Semua Bangsa adalah buku kedua (kelanjutan dari karya sebelumnya Bumi Manusia) dari tetralogi pulau Buru, karya Pramoedya Ananta Toer (Pram). Beliu adalah sastrawan besar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Buku ini sudah ada dalam pikiran Pramoedya Ananta Toer pada tahun 1973 ketika diasingkan di pulau Buru, sebelum akhirnya beliau tulis pada tahun 1975.

Buku ini menceritakan kejadian tahun 1898 sampai tahun 1918, pada saat itu adalah saat dimana munculnya pemikiran politik etis dan awal dari kebangkitan Nasional, dan menjadi awal tumbuhnya pemikiran untuk berorganisasi dibangsa ini.

Novel seri ke-dua ini menceritakan perjuangan Minke setelah sang istri, Annelis Mellema berlayar ke negeri ayahnya, Belanda. dalam seri pertama, Bumi Manusia, cerita lebih fokus pada masalah pribadi Minke dalam pencarian jati diri, maka di buku kedua ini, metamorfosis Minke begitu terasa, dan dalam buku ke dua ini digambarkan bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyat Jawa atas kekejaman penjajahan Belanda.

Dalam buku ini juga diceritakan pergerakan dari negeri lain, contohnya Cina dan Philipina, dan minke terinspirasi dari seorang aktivis Cina yang pergi dari negaranya untuk mengkampanyekan Nasionalisme, hingga akhirnya sang aktivis Cina ditetapkan jadi buronan yang membuat Minke kaget, dan akhirnya Nyai (ibunda Annelies) mengatakan bahwa itu adalah watak eropa, mereka licik, penipu, dan jahat, walaupun unggul dalam ilmu dan perekonomian, namun cacat moralnya, hukum dan pengadilan dibuat untuk kepentingan mereka bukan kepentingan pribumi, dan juga menceritakan penderitaan kaum tani yang selalu diteror untuk memberikan tanahnya kepada pabrik gula

Penderitaan rakyat semakin lengkap dengan sewenang-wenangnya para pejabat, baik Eropa maupun pribumi. Mereka merampas apa yang mereka mau dari rakyat; selain merampas kemerdekaan, mereka juga merampas tanah, harta, benda, dan bahkan anak serta istri pun dapat mereka rampas.

Anak Semua Bangsa merupakan periode observasi Minke untuk mencari spirit lapangan dan kehidupan arus bawah pribumi yang tak berdaya melawan kekuasaan dan kekuatan eropa.

beberapa kutipan yang saya suka dari ratusan kata-kata indah didalam novel ini:
“kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhanlah orang berseru”
“Berbicara dari orang ke orang yang jumlahnya banyak didunia ini tantu tak mungkin, maka dari itu aku menulis.”
“Karena kau menulis, suara mu takkan padam ditelan angina, akan abadi samapi jauh, jauh dikemudian hari.”

Komentar

Tampilkan

Terkini

Resensi

+