-->

Iklan

Menu Bawah

Perang dan Puncak Minyak

Admin
13 April 2012, 11.46 WIB
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
Kabar baiknya adalah bahwa skenario panik yang mengatakan bahwa dunia akan segera kehabisan cadangan minyaknya adalah sesuatu yang benar-benar salah. Kabar buruknya adalah harga minyak tetap akan terus meningkat. Habisnya cadangan minyak bukan masalahnya. Politiklah yang selama ini menjadi sumber masalah. (Perusahaan) Minyak Raksasa ingin tetap mempertahankan harga tetap tinggi. Dick Cheney dan para kroninya dengan amat senang hati membantu hal ini.
Sebagai sebuah catatan pribadi, saya telah meneliti masalah minyak, sejak terjadi guncangan harga minyak pada 1970an. Saya merasa tergugah pada 2003 oleh teori “Puncak Minyak” Teori ini sepertinya mampu menjelaskan keputusan Washington (yang sebelumnya tak bisa dijelaskan) untuk mempertaruhkan semuanya dalam penyerangan militer terhadap Irak.
Para pendukung teori ini, yang dipimpin oleh ahli geologi BP, Collin Campbell dan bankir asal Texas, Matt Simmons, mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi sebuah krisis baru yang mengakhiri masa minyak berharga murah, atau puncak Puncak Minyak Absolut, yang diperkirakan dapat terjadi pada 2012, atau 2007. Minyak sudah mencapai tetes terakhirnya. Mereka menekankan bahwa harga minyak dan gas yang terus membumbung, adalah akibat dari makin berkurangnya pasokan minyak dari Laut Utara dan Alaska, juga wilayah penghasil minyak lainnya.
Menurut Campbell, bukti utama adalah sejak 1960-an di Laut Utara, tak pernah lagi ditemukan lagi ladang minyak baru. Dengan argumen ini, ia rupa-rupanya berhasil meyakinkan Agensi Energi Internasional (IEA) dan juga pemerintah Swedia. Namun ini tak serta-merta membuktikan bahwa Campbell benar.
Fosil Intelektual?
Penganut Teori Habisnya Cadangan minyak mendasarkan teori ini pada buku-buku teks geologi Barat yang konvesional, kebanyakan dibuat oleh ahli Geologi Amerika dan Inggris, yang mengklaim bahwa minyak adalah “bahan bakar fosil,” sebuah akumulasi residu biologis dari tulang-tulang dinosaurus atau tanaman laut (algae) yang telah memfosil, yang menyebabkan persediaan dalam jumlah terbatas. Asal muasal biologis ini menjadi dasar teori Puncak Minyak, juga digunakan untuk menjelaskan mengapa minyak hanya bisa ditemukan di bagian dunia tertentu, dimana fosil-fosil terperangkap secara geologis jutaan tahun lalu. Artinya, jasad dinosaurus mati terkompresi dan selama puluhan juta tahun memfosil, dan terperangkap dalam reservoar bawah tanah (antara kedalaman 4000-6000 kaki). Dalam kasus tertentu, sejumlah besar residu biologis ini semestinya terperangkap dalam formasi bebatuan di lepas pantai lautan dangkal, semisal di teluk Meksiko, Laut Utara atau Teluk Guinea. Tugas utama geologi adalah untuk menemukan kantung-kantung minyak ini dalam lapisan kulit bumi-- disebut reservoar-- yang terletak dalam cekungan sedimen.
Teori alternatif tentang terbentuknya minyak sesungguhnya telah ada sejak awal tahun 1950-an di Rusia. Teori ini nyaris tak diketahui di Barat. Teori ini mengklaim bahwa asal-muasal biologis minyak bumi, sebagaimana dikemukakan para ahli geologi Inggris dan Amerika, adalah seseuatu yang absurd dan tak dapat dibuktikan. Teori ini menunjukan bahwa meskipun para ahli geologi Barat telah berulangkali meramalkan keterbatasan cadangan minyak sejak abad sebelumnya, cadangan minyak baru masih terus-menerus ditemukan.
Penjelasan ini tak hanya ada secara teoretis semata. Munculnya Rusia dan sebelumnya Uni Soviet sebagai salah satu produsen minyak dan gas alam terbesar merupakan bukti nyata kebenaran teori alternatif ini. Teori ini memiliki konsekuensi geopolitik yang teramat besar.
Kebutuhan: Ibu kandung inovasi
Di tahun 1950-an, Uni Soviet menghadapi isolasi “Tirai Besi” oleh Barat. Perang Dingin sedang mencapai puncaknya. Russia hanya memiliki sedikit sekali cadangan minyak untuk mendanai ekonominya. Penemuan cadangan minyak baru adalah prioritas utama negara itu.
Ilmuwan di Institut Fisika - Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan juga Institut Ilmu Geologi - Akademi Ilmu Pengetahuan Ukraina mulai mengadakan penelitian pada 1940-an dengan pertanyaan mendasar: darimana datangnya minyak?
Pada 1956 Professor. Vladimir Porfir’yev mengumumkan kesimpulan mereka: Cadangan minyak dan gas tidak ada hubungannya dengan residu biologis di bawah permukaan bumi. Cadangan ini adalah materi tua (primordial) yang tersembur dari kedalaman yang jauh. Ahli geologi Soviet mematahkan kesimpulan para geolog ortodoks dari Barat. Mereka kemudian menamakan teori asal muasal minyak mereka sebagai Teori A-Biotik—tak berhubungan dengan residu biologis—untuk membedakannya dari Teori Asal Muasal Biologis Barat.
Jika teori ini benar, maka cadangan minyak bumi dunia hanya dibatasi oleh jumlah komponen hidrokabon organis yang sudah ada di kedalaman bumi sejak pertama kali bumi terbentuk. Ketersediaan minyak akan bergantung hanya kepada teknologi yang mampu menggali sumur-sumur yang amat dalam dan juga mampu mengeksplorasi ke kedalaman perut bumi. Kesimpulan mereka ini juga berarti bahwa ladang minyak lama dapat diremajakan agar terus dapat berproduksi, ladang minyak yang dapat memperbarui diri sendiri. Mereka berpendapat bahwa minyak dibentuk jauh di dalam permukaan bumi, dalam temperatur dan tekanan yang teramat tinggi, sama seperti yang terjadi dalam proses pembentukan berlian. “ Minyak adalah materi tua (primordial material) yang berasal dari kedalaman bumi yang berpindah ke atas di bawah tekanan teramat tinggi melalui sebuah proses yang disebut erupsi “dingin” ke atas permukaan bumi. Demikian pernyataan Porfir’yev. Timnya mematahkan ide bahwa minyak adalah residu biologis dari fossil tumbuhan dan hewan. Teori ini dipertahankan semata untuk mempertahankan mitos bahwa persediaan minyak adalah sesuatu yang (amat) terbatas.
Menyangkal Geologi Konvensional
Pendekatan ilmiah Russia dan Ukraina yang amat berbeda dalam masalah ini, memungkinkan Uni Soviet menemukan cadangan gas dan minyak dalam jumlah besar di wilayah mereka, sesuatu yang sebelumnya dianggap tak mungkin oleh ilmu geologi konvensional Barat. Teori baru ini digunakan awal 1990-an, tak berapa lama setelah runtuhnya Uni Soviet, untuk menggali cadangan minyak dan gas di wilayah yang selama lebih dari 45 tahun dianggap sebagai daerah mandul secara geologis.—Cekungan Dnieper Donets yang terdapat di antara Russia dan Ukraina.
Mengikuti perkembangan teori baru ini, para ahli kimia dan geofisika Russia dan Ukraina membuat sebuah analisis mendetail tentang sejarah tektonis dan struktur geologis dasar cekungan Dnieper-Donets. Setelah analisis tektonis dan struktur area ini dirampungkan, mereka juga membuat penyelidikan geofisika dan geokimia.
Total 61 sumur minyak baru pun digali, 37 diantaranya produktif secara komersial, sebuah penggalian dengan tingkat sukses yang amat mengagumkan—sekitar 60 persen. Luas ladang minyak baru ini sebanding dengan ladang minyak yang ada di lereng Utara pegunungan Alaska. Sebagai pembanding, sebuah penggalian Amerika dianggap berhasil jika mencapai tingkat 10 % saja. Sembilan dari sepuluh sumur yang digali biasanya adalah “lubang kering.”
Jika Rusia memiliki kemampuan ilmiah yang tidak dimiliki geologi Amerika, Rusia memiliki kartu as yang secara geopolitis amatlah penting. Tak mengherankan jika Washington kemudian mendirikan “tembok baja”—sebuah jaringan pangkalan militer dan perisai balistik anti misil di sekeliling Rusia, juga memotong jaringan pipa minyak Rusia, untuk menutup sambungan pipa minyak dan jaringan pelabuhannya di Eropa Timur, China dan bagian-bagian lain Eurasia. Mimpi terburuk Harold Mackinder—sebuah gabungan kerjasama saling menguntungkan antara negara-negara besar di wilayah Eurasia, yang lahir karena kebutuhan untuk mendanai pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan minyak—mulai menjadi kenyataan. Ironisnya, usaha Amerika yang tanpa tendeng aling-aling merebut wilayah kaya minyak Irak, dan kemungkinan besar Iran, adalah katalisator yang mendorong kerjasama antar negara Eurasia yang sebelumnya bermusuhan, China dan Rusia, juga negara-negara Eropa Timur.
Raja Puncak Minyak
Teori Puncak Minyak didasarkan pada sebuah makalah yang dibuat oleh almarhum Marion King Hubert pada 1956. Seorang ahli geologi asal Texas yang bekerja untuk Shell Oil. Ia berargumen bahwa ladang-ladang minyak berproduksi mengikuti kurva berbentuk lonceng, dan saat puncak produksi telah dicapai, penurunan yang tak dapat dihindarkan sudah pasti terjadi. Ia meramalkan bahwa produksi minyak Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada 1970. Sebagai orang yang 'rendah hati', ia menamai kurva temuannya ini sesuai namanya, Kurva Hubbert, dan puncak kurva sebagai Puncak Hubbert. Saat output produksi minyak Amerika mulai mengalami penurunan sekitar tahun 1970-an , Hubbert pun menjadi terkenal.
Satu-satunya masalah, kurva ini mencapai puncaknya bukan karena makin berkurangnya cadangan di ladang minyak Amerika. Kurva ini memuncak karena Shell, Mobil, Texaco, dan perusahaan lain yang bekerjasama dengan Saudi Aramco sedang membanjiri pasar Amerika dengan impor minyak murah bebas tarif yang diproduksi Timur Tengah. Dengan harga yang sedemikian rendah, banyak perusahaan minyak lokal di California dan Texas tak dapat berkompetisi dan harus menutup ladang-ladang minyak mereka.
Sukses Vietnam
Saat perusahaan multinasional Amerika sibuk mengontrol ladang minyak raksasa di Saudi Arabia, Kuwait, Iran dan area lain yang mampu menyediakan minyak murah dalam jumlah besar pada 1960-an, Rusia malah sibuk menguji teori alternatif mereka. Mereka mulai menggali wilayah-wilayah yang sebelumnya dianggap mandul di Siberia. Disana terbukti kemudian mereka mampu membangun 11 ladang besar dan sebuah ladang raksasa berdasarkan taksiran geologis “a-biotik” mereka. Mereka menggali ke dasar bumi dan menemukan cadangan minyak bumi yang sebanding dengan yang terdapat di Lereng Utara Pegunungan Alaska.
Mereka kemudian pergi ke Vietnam pada 1980-an dan menawarkan diri untuk membiayai penggalian untuk menunjukkan bahwa teori mereka memang benar-benar bisa dibuktikan. Perusahaan minyak Petrosov menggali ladang minyak White Tiger di Vietnam 17.000 kaki di bawah laut dan berhasil mengekstrasi 6000 barel minyak setiap harinya dan memberikan sumbangan besar kepada ekonomi Vietnam. Di Rusia, para ahli geologi penganut teori A-Biotik menyempurnakan pengetahuan mereka dan Rusia kemudian muncul kembali sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia pada pertengahan tahun 1980-an. Hanya beberapa orang di Barat yang memahami kesuksesan Rusia, tak banyak yang repot-repot bertanya.
Dr. J. F Kenney adalah satu dari sebagian kecil ahli geofisika Barat yang telah mengajar dan bekerja di Rusia. Ia belajar di bawah arahan Vladilen Krayushkin, yang membangun ladang minyak Dnieper-Donets. Kenney memberitahukan kepada saya dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa “ untuk memproduksi minyak sebanyak yang telah dihasilkan oleh ladang minyak Ghawar (Saudi Arabia) dibutuhkan serpihan fosil dinosaurus yang jumlahnya - dengan asumsi efisiensi konversi 100% - memenuhi kubus berukuran 19 mil panjang-lebar-dan tingginya,” singkatnya sesuatu yang amat absurd.
Ahli geologi Barat tak pernah merasa perlu memberikan bukti nyata asal-muasal bahan bakar fosil. Mereka serta merta menganggapnya sebagai suatu kebenaran sakral. Rusia telah menghasilkan makalah-makalah ilmiah, kebanyakan dalam bahasa Rusia. Jurnal-jurnal ilmiah yang dominan di Barat tak berniat menerbitkan pandangan yang sebegitu revolusionernya. Sebab taruhannya terlalu besar, karir dan integritas seluruh profesi akademis yang berhubungan dengan ilmu ini.
Menutup Pintu
Penahanan Mikhail Khodorkovsky dari perusahaan minyak Rusia, Yukos Oil, terjadi sebelum ia bisa menjual bagian saham mayoritas Yukos kepada ExxonMobil setelah pertemuan pribadinya dengan Dick Cheney. Jika saja Exxon membeli bagian saham ini, maka perusahaan ini akan menguasai sumber daya manusia terbesar ahli geologi dan para insinyur yang dilatih dengan teknik penggalian dalam A-biotik.
Sejak 2003 Rusia makin sedikit membagi ilmu pengetahuannya. Tawaran mereka untuk berbagi ilmu dengan Amerika dan ahli geofisika dari negara lain ditanggapi dingin.
Mengapa memilih jalan beresiko tinggi dengan mengontrol Iraq? Selama seabad Amerika dan raksasa minyak Barat lainnya telah mengontrol produksi minyak dunia dengan mengendalikan Saudi Arabia, Kuwait atau Nigeria. Saat ini, setelah makin banyak ladang minyak raksasa mengalami penurunan produksi, kebanyakan perusahaan minyak raksasa melihat Irak dan Iran sebagai satu-satunya cadangan minyak murah yang tersisa. Dengan permintaan akan minyak yang makin meningkat dari China, dan India, secara geopolitis amatlah penting bagi Amerika untuk mengambil kendali langsung atas cadangan negara-negara Timur Tengah tersebut. Sebelum menjadi wapres, Dick Cheney bekerja di Halliburton Corp, perusahaan pelayanan geofisika terbesar di dunia. Satu-satunya ancaman potensial terhadap kendali Amerika terhadap minyak datang dari dalam Rusia dan raksasa energi Rusia yang kini dikendalikan negara.
Menurut Kenney, para ahli geofisika Rusia menggunakan teori brilian ilmuwan Jerman Alfred Wegener 30 tahun lebih awal daripada para ilmuwan Amerika yang baru “menemukan” Wegener di tahun 1960-an. Tahun 1915, Wegener menerbitkan sebuah teks yang amat berpengaruh The Origins of Continents and Oceans (Asal Muasal Benua dan Samudra), yang menyatakan bahwa 200 juta tahun lalu, dunia merupakan satu daratan yang teramat luas atau Pangaea, yang kemudian terpisah-pisah menjadi benua-benua sebagaimana kita kenal sekarang akibat apa yang ia sebut sebagai Continental Drift.
Hingga tahun 1960-an para ilmuwan Amerika seperti Dr Frank Press, penasihat ilmiah Gedung Putih menyebut Wegener sebagai “orang gila.” Para ahli geologi di akhir tahun 1960-an terpaksa menjilat ludah mereka kembali saat teori Wegener adalah satu-satunya yang mampu memberikan penjelasan yang memungkinkan mereka menemukan cadangan minyak dalam jumlah besar di Laut Utara. Mungkin saja dalam beberapa dekade ke depan, ahli geologi Barat akan memikirkan kembali mitologi asal muasal fosil mereka dan pada akhirnya menyadari apa yang telah diketahui Rusia sejak tahun 1950-an. Untuk sementara waktu Moskow masih memegang kartu truf energi paling besar di dunia.
--------
F W Engdahl
F. William Engdahl tergabung dalam Centre for Research on Globalization (CRG) dan penulis buku A Century of War: Anglo-American Oil Politics and the New World Order.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Resensi

+